PAK SALOI DAN MAK SALOI
Pak
Saloi dan Mak Saloi
(cerita
rakyat yang berkembang dalam kehidupan masyarakat Sambas)
Pada
zaman dahulu tinggallah suami isteri tepat di pinggiran hutan Sambas. Konon dua
sejoli ini lebih dikenal dengan nama “Pak Saloi dan Mak Saloi”. Pak Saloi
dikenal elok perangainya, jujur dan sederhana. Setiap hari rutinitas Pak Saloi
merenungi dan menerima nikmat hidup yang di anugerahkan. Maka tak heran ia
hanya makan dan tidur sepanjang waktu. Sedang untuk kewajiban mencari nafkah
sepenuhnya dilimpahkan tanggungjawabnya kepada sang isteri, “Mak Saloi”. Konon
kata sinetron zaman NOW “Dunia Terbalik”.
Pada
suatu hari Mak Saloi sedang bercakap-cakap dengan suaminya. “O...” Pak Saloi....! kamu selintas pun tak teringin
ke kerja lazimnya orang-orang, mengumpulkan rejeki. Nah, ini makan tidur saja
yang kamu kerjakan Pak setiap waktu”.
“Apalah kamu ini Mak Saloi merepek saja
mulut mu dari tadi, asal kamu tau Mak Saloi Aku bukan tidak mau bekerja Cuma
aku ini tak pandai mau mengerjakan sesuatu apapun. Ha.... jadi bagaimana?”
“Iyalah Pak Saloi banyaklah kamu
beralasan, kerja yang kamu mampu pun jadilah...”
“Oh iyalah Mak Saloi, aku hanya bisa kerja menangkap
burung menggunakan perangkap saja. Selain itu aku tidak pandai.....”
“Merangkap burung pun jadilah... Biar
mumpuni dapat burung setiap hari, ada juga yang mau dimasak Pak”
“Oh iyalah Mak Saloi jika demikian
baiknya besok pagi-pagi sekali Bapak berangkat menangkap burung. Tapi tolong
kejutkan Bapak pagi-pagi ya Mak...”
“Iyalah Pak Saloi”.
Pada
malam harinya Pak Saloi semangat sekali membuat perangkap burung sembari
merampungkan pekerjaannya sesekali ia bernyanyi. Hingga akhirnya perangkap
selesai di buat, dan Pak Saloi tertidur dengan pulasnya karena terlalu lelah.
Keesokan
paginya, Mak Saloi mengejutkan Pak Saloi dari tidur pulasnya. “O” Pak Saloi...
Bangunlah lagi, kan kamu mau pergi menangkap burung?”
Dengan nada setengah memelas Pak Saloi
menjawab “Iyalah Mak”, Bapakmu ini terlalu capai menyelesaikan membuat
perangkap burung hingga semalam suntuk”.
Dengan senyum sumringah pertanda
kebanggaan tiada tara memancar di bias wajah Mak Saloi “Oh begitu ya?” sekarang
segera ya Pak berangkat menangkap burungnya di hutan, jadi nanti jika cepat
dapat tangkapan dapatlah dimasak untuk makan siang”.
“Iya Mak, Bapak berangkat sekarang
ya...”
Dengan
langkah gontai setengah memaksa Pak Saloi memasuki rerimbunan semak di hutan.
Sesampainya di suatu lokasi yang dinilai sesuai untuk target memasang perangkap
burung ia dengan sigap melakukan aksinya memasang perangkap burung sebanyak
lima puluh buah. Setelah menyelesaikan tugasnya Pak Saloi beristirahat sejenak
di tempat yang teduh seraya sesekali memantau perangkap burung yang telah
terpasang. Selang beberapa waktu setelah perangkap terpasang seekor burung ujuk
(red burung Beo) mengenai
perangkapnya. Betapa bahaginya Pak Saloi dapat menangkap seekor burung ujuk.
Penuh suka-cita Pak Saloi menghampiri hasil perangkap burungnya yang pertama.
Setelah melepaskan burung ujuk, Pak Saloi bercakap-cakap dengan si burung ujuk
tersebut.
Pak Saloi : “O
burung” nanti tolong kamu sampaikan pada
Isteriku, Suaminya ini minta dimasakkan gulai semur burung ya?”
Burung Ujuk : “Iya
Pak Saloi,” sekarang lepaskanlah aku dulu... jadi aku bisa meyampaikan pesanmu
secepatnya pada Mak Saloi”.
Pak Saloi : “Baiklah.
Secepatnya kamu sampaikan pesanku ya Burung”.
Burung
ujuk terbang tinggi dengan cepatnya sesaat setelah mendengar perkataan Pak
Saloi. Lantas Pak Saloi segera memeriksa perangkap burung yang lainnya kembali.
Setelah diperiksa ternyata ada dua puluh ekor burung yang mengenai perangkap.
Kali ini burung yang di dapat sangat beragam, dintaranya ada burung keroak,
ujuk, sintar, kallak, uncik, kandang, dan lain-lain. Setelah mendapat hasil
tangkapan yang lumayan banyak Pak Saloi memutuskan untuk pulang ke rumah.
Seraya berjalan terlintas di benak Pak Saloi betapa nikmatnya makan siangnya
nanti ditemani masakan semur burung”.
Sesampainya di rumah...
“Assalamualaikum”
“Waalaikumsalam”
“Sudah selesai ke masaknya Mak?”
“Sudah Pak, semua masakan Mak simpan di
dapur. Makanlah Pak!
“Baiklah Mak, Bapak makan dulu. Rasanya
perut ini sudah melilit dan terasa sangat lapar sekali”.
Sontak
saat Pak Saloi membuka tutup saji ia lantas berkata “tega nian Mak Saloi dengan
Bapak, hanya menyisakan kuah gulai semur saja untukku”.
Mak
Saloi yang mendengar racauan Pak Saloi merasa kebingungan. “Apa Hal yang kamu
racaukan Pak Saloi?”
“Bapak sedih Mak, tega kamu hanya
menyisakan kuah gulai semur untukku?”
(menjawab setengah kebingungan seraya
memperlihatkan menu masakan yang tersaji) “ini bukan gulai semur burung, tapi
gulai pakis merah. Makanya warna kuahnya persis warna kuah semur...
“Apa hal dengan kamu ini Pak Saloi?”
“Tadi saat sedang menangkap burung di
hutan, Bapak berhasil menangkap seekor burung ujuk. Setelah Bapak lepaskan dari
perangkap lalu Bapak pun berpesan padanya untuk menyampaikan ke Mak Saloi bahwa
Bapak minta dimasakkan gulai semur burung”.
“Iyalah Bapak titip pesan. Dasar kau Pak
Saloi! Terlalu pintar, titip pesan pada burung. Macamlah burungnya bisa mengerti.
Besok-besok jika dapat burungnya di ikat ya... jadi burungnya tidak bisa
terbang. Bukan malah dititip pesan lantas dilepas”. (tertawa terpingkal-pingkal
melihat kekonyolan suaminya)
“jadi begitu ya Mak?” (Pak Saloi hanya
tersenyum simpul melihat kekesalan dan kemarahan Mak Saloi)
Keesokan
harinya Pak Saloi berangkat menangkap burung di hutan seperti hari sebelumnya,
Pak Saloi memasang perangkap. Setelah sekian lama menunggu akhirnya ia mendapat
seekor burung. Setelah beberapa waktu Pak Saloi berhasil mengumpulkan
burung-burung lantas terus mengikatnya satu-persatu pada ujung bajunya setiap
kali burung mengenai perangkap begitu seterusnya. Tanpa disadari, burung yang
di dapat Pak Saloi hingga berpuluh-puluh ekor dan memenuhi sekujur tubuhnya.
Sontak Pak Saloi merasa pangling dan takut teramat sangat dikarenakan
burung-burung tersebut berhasil membawa Pak Saloi terbang. “Burrr”.
Akhirnya
Pak Saloi di bawa terbang Burung-burung tersebut ke sebuah kerajaan.
Sesampainya di atas kolam putri raja, burung-burung itu lantas membanting Pak
Saloi tanpa ampun. “burrr” Pak Saloi jatuh dan tercebur tepat ke dalam kolam
putri raja. Melihat situasi demikian putri raja dan para dayang kaget dan
panik. Maka dipanggillah penjaga istana untuk mengamankan penyusup yang masuk
tersebut. Lalu Pak Saloi ditangkap, sebelum di bawa menghadap raja pengawal
mencukur rambut Pak Saloi untuk selanjutnya di adili di hadapan raja.
“Ada hajat apa saudara bertandang kemari
lantas mengganggu putriku yang sedang mandi?”
“Ampun beribu-ribu ampun, sembah patik
harap di ampun. Hamba kemari karena terbawa arus, isteri saya meminta untuk
menangkap burung menggunakan perangkap burung. Hari ini merupakan hari kedua,
saya menangkap burung. Sesuai pesan isteri saya (Mak Saloi) ia meminta saya
untuk mengikat burung-burung hasil tangkapan saya pada ujung baju yang saya
kenakan. Dengan demikian, saya ikatlah satu-persatu burung hasil tangkapan saya
hingga akhirnya memenuhi sekujur tubuhku. Dan sekarang inilah akibatnya saya di
bawa terbang burung-burung itu dan diceburkan tepat di kolam tempat tuan putri
dan dayang-dayang yang sedang mandi”.
“Jadi seperti itu, hahahahahaha”
Mendengar
penuturan dari Pak Saloi, Raja tertawa terpingkal-pingkal membayangkan tingkah
konyolnya Pak Saloi.
Malang
tak berbau, rejeki tak terjangka Raja yang arif dan bijaksana lantas meminta
Pak Saloi dan Mak Saloi untuk tinggal di istana dan menjadi penasehat raja.
Kehidupan Pak Saloi dan Mak Saloi lebih terjamin dan bahagia.
SELESAI
Kisah pak saloi
BalasHapusIya, Terimakasih sudah mampir😊
Hapus