KEMBALINYA SI ANAK HILANG


KEMBALINYA SI ANAK HILANG



Pada zaman dahulu hiduplah keluarga monyet di tengah hutan belantara Kalimantan. Konon keluarga monyet ini terdiri dari ayah, ibu, anak jantan, dan anak betina.
Alkisah disebutkan kehidupan keluarga monyet ini sangat harmoni. Namun, hal yang sangat disayangkan anak monyet yang betina memiliki sifat yang kurang bersahabat. Ia tamak, keras kepala, dan mau menang sendiri.
Tetapi si ayah, ibu, maupun saudaranya tidak pernah berhenti menasehati si monyet betina untuk tidak bertabiat demikian.
Hingga tibalah pada suatu hari ayah dan ibu monyet pulang dari meramu makanan, mereka membawa berbagai jenis buah-buahan. Disaat yang bersamaan dua bersaudara monyet ini menanti dengan girangnya, tapi tatkala si monyet betina didahulukan gilirannya untuk memilih beberapa buah yang ia inginkan lantas ia mengambil seluruhnya tanpa menyisihkan bagian untuk saudara jantannya. Menindaklanjuti tingkah polah si monyet betina, maka si ibu monyet pun menegur dengan lembut. Namun dikarenakan memang dasar tabiatnya keras kepala ia pun merajuk atas teguran yang dilontarkan pada dirinya sembari menyendiri di atas pepohonan sambil meratapi kekalutan hatinya hingga tingkat emosinya mulai mereda dan kampung tengahnya menagih minta diisi. Begitulah tabiat si monyet betina jika ia dibantah kemauannya.
Melihat perkembangan anak bungsunya yang sedemikian muncullah kebimbangan di benak terdalam kedua orangtua monyet ini. Dengan demikian ia melancarkan taktik untuk mengurangi tabiat buruk dari anak betinanya. Tetapi apa mau dikata tak satu pun taktik mereka yang menjadi.
Sampailah pada suatu hari si abang dan si bapak monyet pergi ke hutan hendak mengumpulkan persediaan makanan dalam rangka menghadapi musim paceklik. Dua beranak monyet ini sangat kegirangan ketika menemukan bebuahan yang begitu banyak lantas dengan semangat langsung menyerbu sumber bebuahan itu hingga pada akhirnya kalap dan lupa untuk tetap berhati-hati terhadap segala kemungkinan.
Benar saja, dalam hitungan detik aksi mereka terhenti oleh suara dentuman bunyi senapan seorang pemburu. Menyadari hal itu si bapak secepatnya memberi kode kepada anak jantannya untuk beranjak pergi. Namun, karena terlalu bersemangat hingga ia tak menghiraukan ajakan sang ayah.
Lantas saat kegirangan mengumpulkan buah-buahan satu tembakan berhasil mengenai kaki si abang, di saat itulah baru ia menyadari bahwa mereka benar-benar dalam bahaya. Lalu mereka pun lari kocar-kacir tanpa mempedulikan buah-buahan yang telah berhasil dikumpulkannya.
Tapi, tak pelak sampai di situ bahaya yang mengancam mereka berakhir. Bahkan ketika dalam perjalanan pulang si abang mengerang kesakitan seraya mengerang pelan. Maka dari itu si bapak tidak tega melihat kondisi anak jantannya dan dengan sigap memberikan perlindungan tanpa rasa takut sedikit pun hingga mengakibatkan ia kurang berhati-hati yang mengakibatkan peluru berhasil menghujam di kaki sang ayah pula. Namun, ia tetap menggelayut di atas dahan pepohonan agar cepat sampai di kediamannya.
Setiba di rumah istri sekaligus ibu monyet sangat panik melihat kondisi suami dan anaknya begitupun si adik ia tak kalah panik juga. Di tengah kondisi hujan yang mengguyur dengan begitu lebatnya sehingga sangat tidak memungkinkan ia untuk meminta pertolongan. Namu, disisi lain mustahil juga ia membiarkan keadaan saudara dan ayahnya yang sedemikian. Maka ia pun memutuskan meminta izin kepada sang ibu untuk mencari bantuan tabib. Ibunya pun meski dengan berat hati mengiyakan tawaran si adik dengan tak lupa menyertai doa untuk dipermudah perjalanan anaknya.
Sepanjang jalan si adik menggelayut membelah hutan belantara dengan tetap waspada. Apa yang ada di benaknya sekarang ialah bayangan wajah ayah, abang, serta wajah berharap dari ibunya di rumah. Hal itulah yang menjadi penyemangatnya untuk secepat mungkin menemukan tabib dan membawanya ke kediaman mereka untuk penawar abang dan ayahnya. Akhirnya tibalah ia di tempat tabib lantas ia menceritakan duduk permasalahan yang dialami ayah dan saudaranya. Dengan sigap tanpa di minta sang tabib pun menyusul ke kediamannya sembari membelah kesunyian hutan bersama sang adik yang penuh rasa suka cita.
Sejak peristiwa itu tabiat adik berangsur-angsur berubah, ia sangat menghargai kebersamaan dalam keluarganya serta tabiat buruknya pun mulai berkurang dan mereka hidup bahagia.


Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "KEMBALINYA SI ANAK HILANG"

Posting Komentar