REVIEW PESANTREN IMPIAN ASMA NADIA
NAMA : IMELDA
JUDUL BUKU : PESANTREN IMPIAN (CINTA, TEKA-TEKI, DAN
KEMATIAN/ RUMAH KEBAJIKAN SELALU MENDAPAT UJIAN. TANGAN-TANGAN KEJI YANG
MENEBAR TEROR DAN KEJAHATAN)
BUAH KARYA : ASMA NADIA
REVIEW
Novel ini mengisahkan tokoh yang
penuh dengan ambisi dan sifat yang menjunjung nilai-nilai kemanusiaan untuk
membenahi diri menjadi insan yang lebih baik di bawah naungan Pesantren Impian.
Komponen yang mengambil andil dalam proyek pembangunan Pesantren Impian pun
merupakan orang-orang yang memiliki masa lalu kelam sehingga proyek ini mereka
kenal dengan proyek penebusan dosa atas kejahatan haram yang pernah ia lakukan
hingga pada akhirnya kekayaan haram itu merenggut orang terkasihnya melalui
peristiwa kebakaran. Tak pelak inilah hal yang menjadi pemicu tokoh kaya itu
untuk mengabdikan diri memperbaiki akhlak manusia yang rusak serta mewadahi
peningkatan ilmu pengetahuan dan pengembangan diri. Selain itu buku ini juga mengisahkan
tentang perjalanan panjang lima belas orang anak manusia yang berlatarbelakang
berbeda. Namun, mereka memiliki tujuan sama untuk memperbaiki diri dengan
belajar agama dan mengisi hari-harinya dengan kesibukan yang bermanfaat. Tokoh
yang dimaksud adalah Inong, Rini, Sissy, Tanti, Ipung, Sri, Butet (orang yang
melarikan narkoba dari Anton King), Eni, Sinta, Santi, Ita, Yanti (dibunuh
karena dikira Rini ketika pura-pura hamil sepulang dari klinik), Evi, Iin, dan
Ina (seorang ibu anak satu tanpa ayah). Mereka hidup dengan penuh cinta dan
saling berbagi cerita dan menjalani keseharian dengan menyenangkan di Pesantren
Impian ini. Yang memperkosa sekaligus berniat ingin membunuh Rini ialah Paklik
Kusno (adik tiri ibunya).
Di kisahkan dalam novel ini kisah
yang begitu runtut dan rumit dari setiap individu yang memiliki andil di
dalamnya dengan sederetan masalah yang begitu kompleks. Dimulai dari sosok
gadis yang terpaksa melakukan aksi pembunuhan di Tiara Hotel untuk
mempertahankan kesuciannya dari lelaki hidung belang tatkala gagal mengelabui
laki-laki tersebut dengann menyuguhi ia minuman yang telah dibubuhi obat tidur.
Selanjutnya Rini yang terlahir dari
keluarga ningrat. Satu diantara mahasiswa tingkat akhir yang berprestasi di
kampusnya. Namun, mencoba mengakhiri kehidupan ketika ia kehilangan kesucian
oleh sesosok yang tak di kenal. Dan pada akhirnya aksi nekatnya tersebut urung
terjadi.
Sissy dengan gaya glamour dan bebas
karena berasal dari keluarga yang memiliki ekonomi berkecukupan sehingga karena
kurang mendapat perhatian dari orangtua membuat ia terjerumus pada pemakaian
narkoba hingga suatu saat mengalami overdosis. Di saat yang bersamaan Inong
melihatnya di dalam mobil dan memutuskan untuk mengambil dompet yang berisi
uang. Namun, disaat yang bersamaan ada tukang parkir yang melihatnya sehingga
Inong mengurungkan niatannya dan sebaliknya membantu Sissy yang telah sekarat
ke rumah sakit hingga menunggunya sampai tersadar. Hal ini membutat Sissy
menaruh hutang budi terhadap sosok Inong yang kemudian dianggap sebagai
kakaknya.
Dalam perjalanan perekrutan calon
santriwati mereka di undang untuk mengikuti pembelajaran di Pesantren Impian
yang terletak di pulau Lhok Jeumpa. Hal ini juga merupakan kesempatan untuk
mereka mengalihkan perhatian dari sederetan masalah yang sebelumnya dialami. Di
sini mereka banyak belajar, menemukan teman sejati, dan meningkatkan keimanan
pada sang pencipta. Tetapi banyak hal yang harus mereka hadapi disini mulai
dari indahnya persahabatan, kebersamaan, hingga dalam menghadapi kondisi yang
mencekam.
Rini menjalani hari-harinya dengan
penuh cinta dan keikhlasan, meski guratan sosok yang membuat ia harus memboyong
perut yang kian lama kian membuncit sontak sering mengganggu istirahat malamnya
dan rasa penasaran yang senantiasa mengelabui pikirannya. Sehingga ia
memutuskan untuk berbagi kisah dengan teman-temannya. Seiring waktu berjalan
persahabatan mereka kian akrab. Dan pada saat ia sedang berbagi kisah sontak
mereka dikejutkan dengan suara teriakan histeris yang berasal dari kamar
sikembar. Tanpa diaba-aba mereka semua menuju kamar si kembar. Namun, pada saat
berada di depan pintu kamar mereka di hadapkan pada pintu kamar yang dalam
keadaan terkunci. Ina pun berusaha membuka pintu dengan kawat kecil. Dan pada
saat pintu dibuka, telah ditemukan sosok yang nanar seraya mengacungkan pisau
kepada saudaranya seraya mengoceh tidak jelas. Untunglah di saat yang bersamaan
Umar berhasil membekap tangan Santi dari belakang. Santi pun dilarikan di rumah
sakit, dengan terjadinya kisah ini pihak kepengurusan pesantren impian
menyelidiki bagaimana mereka bisa kecolongan ada santriwati yang membawa barang
haram itu kesini. Dan setelah di temukan pengusutan maka ditemukan bahwa satu
diantara santri ada yang membawa barang haram itu bahkan dalam jumlah yang
sangat fantastis mencapai 2 kg. Inilah yang membuat kelompok Anton King memburu
satu diantara santriwati Pesantren Impian untuk ditawan dan dibunuh.
Kondisi di Surabaya kian genting
dengan diketahuinya sosok yang menodai kegadisan Rini. Maka ibunya mengusir
Paklik dari Rumah untuk mengelabui sorotan publik sehingga keluarganya dianggap
baik-baik saja. Selain itu, ibunya Rini juga meminta Mas Bagus bersama ibunya
untuk tidak tinggal di rumah itu lagi. Berbekal sedikit uang dan perhiasan yang
sempat diambil, Paklik pun membayar orang suruhan ibunya Rini untuk
membebaskannya. Selanjutnya berbekal alamat Pesantren Impian yang ia ambil dari
catatan Rini lalu ia pun mencari alamat yang dimaksud. Namun, dalam pencarian
ternyata tak semudah yang ia bayangkan. Mujurnya kali ini keadaan masih berbaik
dengannya ia dipertemukan dengan kelompok Anton King yang juga mencari alamat
yang sama.
Ketika berhasil menemukan Pesantren
Impian, Paklik pun mengencarkan rencananya untuk membunuh Rini. Tapi Allah
memang pemilik skenario terindah membuat semuanya tanpa terduga, sehingga
Paklik dengan keyakinan telah berhasil membunuh Rini melalui orang suruhan dari
anak buah Anton King ternyata dugaannya salah. Melainkan yang dibunuh bukanlah
orang yang dimaksud melainkan Yanti lah yang dibunuh, karena di saat yang
bersamaan Rini sedang di bawa ke rumah sakit karena mengalami kontraksi hebat.
Yanti teman sekamarnya yang iseng-iseng menyimpan kapas diperutnya untuk
menyamai diri seperti diri harus meregang nyawa.
Situasi di Pesantren Impian menjadi
sangat mencekam, menakutkan, dan menegangkan. Semua penghuni menyimpan tanya,
menduga-duga, saling curiga, dan berteka-teki dalam pikiran masing-masing.
Sehingga membuat mereka memutuskan untuk pulang lebih awal. Namun, si gadis
berhasil meyakinkan mereka untuk tetap di Pesantren Impian melewati dan
menemukan setiap sudut kemisteriusan yang semakin rumit.
Tak pelak sampai di sini kondisi
menegangkan beruntun dan acapkali terjadi, Eni yang merupakan satu diantara
santriwati yang sebenarnya merupakan Polwan bersama kaum relawan semakin gencar
melakukan pengamanan. Hingga pada suatu malam masuk segerombolan penyusup dan
menyeret tubuh Butet. Untungnya Eni sempat menyelematkan.
Ketika para santriwati berjalan
menyusuri perkebunan, Rini dipanggil oleh sosok Mas Bagus yang sebelumnya
meminta untuk bertemu dengannya namun sontak selalu ditolak oleh Rini. Reaksi
Rini merupakan respon dari surat yang diterimanya dari ibunya berkaitan
informasi mengenai kehamilannya yang disebabkan oleh sosok Mas Bagus. Maka
tatkala melihat sosok Mas Bagus dihadapannya Rini pun naik pitam dan berlari
tak keruan tanpa arah yang jelas hingga tingkah polahnya tertangkap oleh sosok
Paklik yang sememangnya dari awal memang berniat untuk menghabisi Rini. Namu,
Rini yang dalam kedilemaan dan kebencian yang tertanam di pikirannya setelah
membaca isi surat dari ibunya sontak merasa bahwa dengan mengikuti Paklik itu
adalah tempat yang paling aman saat ini.
Dengan langkah gontai Rini dituntun
naik ke sebuah bukit. Mas Bagus dan si Gadis pun tak berang berusaha mencari
keberadaa sosok Rini dengan penuh harap. Sebelum si gadis berusaha mencari
bantuan. Ditengah perjalanan si gadis bertemu dengan sosok Umar dan orang
kampung yang siap dengan peralatan tali-temali untuk mewanti-wanti jika terjadi
kemungkinan maka alat ini akan diperlukan.
Sesampainya di pantai bebukitan Mas
Bagus berhasil menangkap sosok yang tak asing baginya. Sosok itu ialah Rini dan
Paklik. Mas Bagus berusaha menyakinkan dan menjelaskan tentang apa yang
tertulis di surat itu bukanlah fakta yang sesungguhnya melainkan kisah yang
dibuat-buat untuk menutupi aib keluarga. Tetapi apa yang ingin dijelaskan oleh
Mas Bagus sia-sia belaka. Tak lama setelah itu datanglah si gadis, Umar, dan
dua orang pemuda untuk memberikan bantuan. Mas Bagus dan Paklik pun sempat
beradu nyali untuk meyakinkan Rini, sambil Paklik mengayun-ayunkan pisau ke
arah Mas Bagus. hingga akhirnya Rini mempercayai Mas Bagus namun itu telah
menjadi kesia-siaan baginya karena ia telah bersama orang yang salah. Menyadari
Rini telah mengetahui kebenarannya Paklik pun berang lalu sontak menjatuhkan
diri bersama Rini ke lembah yang dibawahnya terdapat batu-batu runcing yang siap
mencabik siapapun yang jatuh kebawah. Dengan sigap Umar menyiapkan tali temali
dan mengikatkankannya pada sebuah batu meski ini merupakan jalan terakhir yang
memiliki kemungkinan berhasil kecil. Namun tak ada salahnya untuk mencoba. Dan
Allah memang maha melindungi Sosok yang pasrah akhirnya berhasil menggelayutkan
tangannya pada batu yang diikat tadi. Seraya melihat sosok Paklik yang meluncur
ke bawah disambut batu runcing menghasilkan siluet merah yang bertebaran. Umr
dan Bagus pun menyelamatkan dengan hati-hati
sosok yang kian melemah dan hampir tak sadarkan diri itu. Si gadis sujud syukur
atas kejadian ini.
Sesampainya di klinik Rini dirawat
selang beberapa hari Rini kecil pun lahir ke dunia, ia diberi nama Fitri.
Kondisi di Pesantren Impian kian membaik. Anak-anak pun mulai beraktifitas
seperti biasanya. Namun, ada sederetan permasalahan yang mengganggu pikiran
Butet yakni berkaitan komplotan Anton King yang kapan saja bisa mencari dirinya
kembali. Namun ketakutannya sirna saat ia membaca surat kabar yang memberitakan
komplotan Anton King mengalami kecelakaan menabrak pulau dengan kecepatan
tinggi. Kali ini mereka bisa bernafas lega. Ketika berita ini diperoleh mereka
mendapat kabar duka berkaitan dengan kepergian Fitri, si putri kecil Rini untuk
selamanya.
Sontak wajah bahagia mereka berubah
menjadi muram, si gadis mulai berpikir mungkin kelahiran Fitri merupakan ending
bahagia untuk perpisahan mereka. Ternyata apa yang diasumsikan si gadis keliru.
Ia berharap ending dari perpisahan mereka ialah pernikahan. Keesokan harinya si
gadis mendapat surat tentang kondisi anak-anak dari Nurul. Maka ia pun memutuskan untuk pulang lebih awal. Di
kesempatan lain Umar mengutarakan akan melamar si gadis kepada Teungku Hasan.
Tentu saja keinginan ini disambut hangat oleh Teungku Hasan mengingat hal ini
merupakan yang telah lama diidam-idamkan olehnya. Namun, sesampainya di
Pesantren Impian ia tidak mendapati si gadis. Lalu ia pun menghubungi Ustadz
Agam dan istrinya untuk meminta membawa si gadis kembali akhirnya si gadis pun
mengiyakan permintaan mereka.
Sesampainya di Pesantren Impian Umar
pun mengutarakan maksudnya dan dengan tangan terbuka si gadis menerima
lamarannya. Lalu mereka pun menikah. Ia pun masing-masing berbagi cerita
tentang kisah kelamnya. Betapa bahagia mereka dapat saling berbagi, dan
tentunya Umar (Teungku Budiman) berbagi denga orang yang lebih cantik dari
Teungku Hasan.
Eni pun berhenti untuk mengusut
kasus pembunuhan yang terjadi beberapa waktu di Tiara Hotel. Dan fokus menjadi
kaum relawan. Begitu juga dengan teman-teman yang lain juga mulai merajut mimpi
yang telah direncanakan saat ia berada di Pesantren Impian.
Kelebihan
novel ini :
Disampaikan
dengan bahasa yang sederhana, tidak rumit dan berbelit-belit, sehingga mudah
dipahami pembaca.
Kekurangan
novel ini :
Adegan
kekerasannya kurang seru sehingga menimbulkan kesan greget diakhirnya. Jika
ditambahkan adegan yang lebih wow di bagian penyelamatan Rini pasti lebih
mantap.
0 Response to "REVIEW PESANTREN IMPIAN ASMA NADIA "
Posting Komentar