Kala itu
Ada gigil yang tak asing lagi ketika membuka mata
Dingin dan senyap yang sama
Apakah aku kembali terlempar ke teras?
Tapi kali ini bukan amarah dan air mata yang bicara
Hanya lelah dan jenuh mengambil alih
Hanya mampu menatap kosong pintu
Yang dulu dengan segenap jiwa kugedor
Agar bisa masuk ke dalamnya
Masuk hanya untuk terlempar kembali.
Kini muncul sebongkah tanya yang tak kunjung kutemui jawabannya,
Mengapa aku ingin sekali tetap bersemayam dibalik pintu itu, padahal tak ada kehangatan sama sekali untukku di dalam sana?
0 Response to "Kala itu"
Posting Komentar